Ilmu Bermanfaat dan Ilmu yang Menyesatkan
Ilmu dalam Islam bukan sekadar alat untuk mencari pekerjaan atau ketenaran. Ia adalah jalan menuju kedekatan kepada Allah. Maka, ilmu yang tidak membawa kepada kebaikan, yang justru digunakan untuk manipulasi, kesombongan, atau tujuan duniawi semata, bukanlah ilmu yang bermanfaat. Rasulullah ﷺ bahkan memperingatkan kita agar berlindung dari ‘ilmin laa yanfa’, yaitu ilmu yang tidak memberi manfaat. Ilmu seperti ini bukan mendekatkan, melainkan menjauhkan dari Allah, bukan memperbaiki hati, tapi justru menumbuhkan kesombongan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penuntut ilmu untuk senantiasa memeriksa niatnya, apakah ia menuntut ilmu demi kebenaran dan ridha Allah, atau hanya untuk kepentingan duniawi semata.
Guru Bisa Terjerumus Kemaksiatan dalam Mengajarkan Ilmunya?
Iya, itulah peringatan dari salah satu Nadzom Kitab Kifayatul Atqiya' ini. Maksiat tidak selalu berbentuk perbuatan lahiriah seperti mencuri atau berdusta. Jika seorang guru tahu bahwa murid yang diampunya memiliki niat yang tidak baik dalam proses menuntut ilmu, sehingga adanya transfer ilmu ini menjadi sebab tersebarnya ilmu kepada orang yang menyalahgunakannya, maka disebutkan dalam kitab ini bahwa guru tersebut termasuk dalam melakukan kemaksiatan dan ikut menanggung dosa dari dampak negatif ilmu tersebut. Inilah nilai penting dalam tradisi Islam, Ilmu bukan sekadar informasi, melainkan amanah. Dan amanah ini tidak bisa diberikan secara sembarangan sehingga guru harus memastikan bahwa ilmu yang diajarkan sampai kepada orang yang tepat, dengan niat yang benar, dan kesiapan yang cukup.
Oleh karena itu, mari kita renungkan kembali bahwa dalam setiap proses belajar dan mengajar, niat adalah pondasi utama. Hanya dengan niat yang lurus dan pemahaman yang benar, ilmu dapat menjadi wasilah kebaikan yang membawa manfaat di dunia serta akhirat.
Ditulis oleh: HN Azkiya'