Trending

Senyuman Yang Lahir Dari Tangisan


Ketika Hidup Tak Sesuai Harapan

Hidup sering kali mempertemukan kita dengan situasi yang tidak kita harapkan. Terkadang mengejutkan tanpa ada sedikitpun dugaan. Ada momen-momen ketika tangisan terasa lebih mudah dilakukan daripada mengukir seuntai senyuman. Perihal kekecewaan, kehilangan, kegagalan, dan luka-luka kecil maupun besar yang menghiasi perjalanan hidup seolah mengharuskan kita untuk sering bertanya: "Mengapa ini terjadi padaku?" "Memangnya harus terjadi seperti ini ya?”

Namun, perenungan demi perenungan membawa sebuah kesadaran bahwa tidak semua yang tampak buruk adalah keburukan sejati. Apa yang sudah terjadi adalah bagian dari skenario indah yang ditulis oleh Sang Maha Penyayang.

 

Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:


كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

 

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

 

Ayat ini sudah seharusnya menjadi refleksi pada hati yang masih saja menggerutui keadaan. Allah tahu dan kita tidak tahu. Percaya bahwa dalam hidup, tidak semua hal berjalan sesuai dengan keinginan kita. Kadang, jalan yang tampak sulit, berat, bahkan menyakitkan justru menyimpan kebaikan yang belum kita pahami saat ini. Allah tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya, sementara kita sering terjebak dalam penilaian yang terbatas oleh emosi, logika sempit, atau pandangan sesaat. 

 

Belajar Tangguh dari Luka


Hidup ini seringkali menghadapkan kita pada berbagai rintangan. Perasaan rapuh dan ingin menyerah menjadi opsi yang terlihat mudah untuk dipilih. Namun, tahukah kita bahwa di balik setiap luka tersebut, tersimpan potensi untuk menempa diri menjadi pribadi yang lebih tangguh?  

 

Imam Ibn al-Qayyim rahimahullah pernah berkata:


ولا البلاء لكان العبد مبتلى بالكبر والعجب والقسوة. بالبلاء يطهِّر الله الإيمان ويثقل التوكل وينبت الرجاء والخوف

 

"Sekiranya tidak ada ujian, niscaya hamba akan tertimpa penyakit sombong, ujub, dan keras hati. Dengan ujianlah Allah membersihkan iman mereka, menyempurnakan tawakal mereka, dan menumbuhkan rasa harap serta takut kepada-Nya."


 (Ibn al-Qayyim, “Dalam Kitab Zād Al-Ma‘ād”)

 

Maka jika hari ini engkau sedang terluka, jangan hanya menangis. Belajarlah menjadi tangguh. Karena Allah sedang mengajarimu kekuatan yang tidak bisa diajarkan oleh hal-hal menyenangkan. Jangan pula hanya bertanya "mengapa aku terluka?" Tapi renungkanlah: "Apa yang Allah sedang ajarkan lewat luka ini?"

 
Sabar dan Syukur dalam Setiap Keadaan 

 

Rasulullah SAW juga bersabda:

 

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ


Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim, no. 2999)

 

Inilah keistimewaan seorang mukmin hatinya tidak rapuh oleh musibah, dan tidak lalai oleh nikmat. Kata kuncinya adalah syukur dan sabar dua kekuatan batin yang menjadikan setiap keadaan sebagai ladang pahala dan kedekatan kepada Allah. Maka jika hari ini kita sedang bahagia, bersyukurlah sepenuh hati dan jika kita sedang terluka, bersabarlah dengan penuh harap. Percayalah, setiap takdir punya maksud. Setiap luka punya pelajaran. Dan setiap duka pasti akan ditukar dengan senyuman, cepat atau lambat.

 

 

 

Ditulis oleh: HN Azkiya'

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak